Kontribusi PERGERI pada penanganan lanjut usia
Penanganan lanjut usia perlu perhatian khusus dari pemerintah dan semua pihak, jika tak ingin orang tua kita sendiri tertekan atau bahkan terlantar pada masa tua mereka.Penanganan lanjut usia memang kelihatannya merupakan hal yang sepele, namun tahukah kita para generasi muda, bahwa hal ini perlu penanganan khusus, mengingat kompleksnya permasalahan. Hal ini terungkap pada dialog Perhimpunan Gerontologi Indonesia Indonesia di Jakarta, Rabu (17/1).
Kepada Jakarta Media , Dr. Tony Setiabudhi, Ph.D, Pakar Gerontologi Indonesia dan salah satu pendiri Perhimpunan Gerontologi Indonesia (PERGERI) mengatakan, saat ini penanganan lanjut usia hanya terbatas pada penyediaan panti sosial (panti Werdha) atau yang masyarakat umum kenal sebagai panti jompo – Yang ditangani oleh Depsos dan swasta, dengan jumlah yang sangat terbatas, sekitar 13-14 panti Werdha di Jabotabek.
Penanganan lanjut usia secara khusus
Dr. Tony Setiabudhi, Ph.D, menegaskan, penanganan lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus, baik dari pemerintah maupun swasta. Sebab menyangkut banyak aspek seperti penanganan kuratif dan penanganan medis yang kompleks, dan saat ini belum tersedia Rumah Sakit maupun lembaga khusus untuk penanganan lanjut usia yang mengalami proses Degeneratif dan kemunduran fungsi organ tubuh, yang kerap kali menimbulkan berbagai penyakit pada usia lanjut, seperti Alzheimer, Demensia dan sebagainya.
Bagi masyarakat kelas menengah mungkin hal ini tidak menjadi persoalan serius, karena mereka bisa saja menitipkan orang tua mereka yang telah lanjut usia ke panti Werdha. Namun bagaimana halnya dengan para orang tua miskin yang terlantar ? Bukankah mereka juga menjadi tanggung jawab Negara dan kita bersama. Kita semua tentu tidak bisa tutup mata begitu saja melihat kenyataan semakin banyaknya para lanjut usia miskin yang terlantar, terlebih lagi di kota-kota besar.
Penanganan lanjut usia pada Munas PERGERI
Ketua III PERGERI, Ir. Kadarisman MBA mengatakan kepada Jakarta Media, bahwa “laju pertumbuhan lanjut usia mencapai 5% per tahun”, karena kenaikan harapan hidup manusia akibat perkembangan medis dunia kedokteran dan teknologi yang semakin berkembang. Saat ini lebih dari 20 juta penduduk lanjut usia di Indonesia yang tentu saja memerlukan penanganan lanjut usia secara khusus.Ir. Kadarisman MBA menambahkan, persoalan penanganan lanjut usia secara khusus akan dibicarakan lebih lanjut pada Munas PERGERI yang akan diadakan pada bulan April mendatang di Semarang.
Edukasi dan sosialisasi penanganan lanjut usia
Sementara itu, Psikolog Dra. MM, Tri S. Mildawani, MA kepada Jakarta Media menjelaskan, bahwa penanganan lanjut usia memang persoalan yang tidak mudah dan multi kompleks yang memerlukan komunikasi, edukasi dan Human Touch yang baik.Lebih jauh Dra. MM, Tri S. Mildawani, MA, Psikolog yang juga berprofesi sebagai HRD Consultan itu menyoroti penanganan lanjut usia pada proses aktifitas dan komunikasi mereka dalam lingkungan keluarga sendiri yang justeru kerap kali mengalami penolakan dari anak dan cucu mereka, akibat kesenjangan dan miss komunikasi.
Penanganan lanjut usia yang mengalami penolakan dari keluarga sendiri ini akan lebih kompleks persoalannya dan perlu komunikasi terbuka, proses edukasi dalam keluarga dan sosialisasi yang baik untuk menghindari penolakan akibat perbedaan persepsi dan komunikasi diantara keluarga.
***Jakarta Media Sindikasi Berita***
Tag: penanganan lanjut usia, penanganan lanjut usia dan kontribusi PERGERI